Katakanlah:
Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (Al-
kahfi :109)
Ilmu
Allah sangatlah luas dibandingkan dengan ilmu makhluk-Nya yang meliputi
seluruh alam semesta dan seisinya,
semuanya termaktub tanda-tanda kekuasaan Allah dan takkan mampu makhluk Allah
menghitung dan menuliskannya. Ilmu Allah dibagi menjadi dua kategori yaitu ilmu
secara khusus (khasshah) atau bisa
dikatakan jalur yang resmi dan secara umum (‘ammah) atau dapat dikatakan jalur
ilmu yang tidak resmi.
Jalur
khusus (khasshah) atau jalur resmi yang merupakan cabang dari ilmu Allah yang
diberikan kepada subjek-subjek tertentu seperti para nabi dan rasul, yang
dinamakan dengan wahyu. Wahyu merupakan firman Allah yang diberikan kepada
orang yang dipercaya oleh Allah, secara bahasa wahyu merupakan bisikan,
petunjuk, mengatur, dan perintah. Jadi seorang rosul yang mendapat wahyu dari
Allah akan menjadikan diri dan umatnya
lebih teratur dan terarah karena mendapatkan petunjuk, pengaturan sehingga
menjadi insan yang mulia. Keberadaan orang-orang terdahulu memang memiliki
sifat-sifat kejahiliaan atau kerusakan sehingga diutuslah para nabi dan rasul
yang ada ditengah-tengah kejahilliaan itu, hingga akhirnya Allah memberikan
ilmu-Nya secara khusus dengan perantara malaikat jibril hingga sampailah
wahyu-wahyu tersebut kepada para nabi dan rasul. Nabi Isa mendapat wahyu berupa
kitab injil, nabi Musa dengan kitab taurat, nabi Daud mendapat zabur, dan
sebagai penyempurna yang membawakan kebenaran dari Allah melalui nabi Muhammad
dengan kitab Al-quran.
Wahyu-wahyu itu merupakan ayat-ayat qauliyah
atau firman Allah yang diberikan kepada manusia yang terpilih hingga disusun
dari mushaf-mushaf yang dijadikan satu yaitu kitab itu sendiri. Al-quran
memiliki tiga puluh juz yang semuanya merupakan perkataan Allah untuk perbaikan
terhadap para makhluk-Nya untuk menjadi teratur dengan adanya pedoman itu.
Kitab yang benar adalah Al-quran bukan kitab yang paling benar, karena jika
pembahasaan Al-quran kitab yang paling benar bisa dikatakan bahwa kitab yang
lain sebelum Al-quran adalah benar tetapi tingkat kebenarannya ada dibawah Al-quran,
sehingga sebagai umat islam yang memiliki keyakinan yang penuh terhadap
kitab-kitab Allah maka kita seharusnya hanya membenarkan kitab Al-quran saja
sebagai petunjuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang berlaku.
Al-quran
merupakan kebenaran yang mutlak dan tidak ada pembenaran lagi setelahnya,
bukanlah kebenaran empiris yang membutuhkan penelitian untuk membuktikan
keabsahan dari kebenaran al-quran itu sendiri. Kebenaran yang aksiomatis tanpa
adanya eksperimen dari pengalaman-pengalaman terdahulu, dan al-quran kebenaran
mutlak yang dapat digunakan pedoman atau petunjuk hidup di masa lalu, masa
sekarang dan bahkan masa depan.
Sedangkan
jalur ilmu Allah yang satu lagi adalah melalui jalur umum (‘ammah) atau dapat
dikatakan jalur yang tidak resmi. Penyampaiannya pun tidak seperti wahyu yang
diberikan secara khusus kepada nabi dan rasul, melainkan di berikan oleh Allah
secara langsung sehingga kita bisa merasakan bahwa adanya gelap, terang,
dingin, dan sebgainya yang ada disekitar kita dan bisa paham dengan semua itu.
Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda tergantung dari usaha yang
dilakukan untuk mnggali ilmu Allah yang satu ini. Ilmu Allah yang didapatkan
dengan jalur umum ini merupakan kebenaran empiris yang perlu di kaji dahulu
sebelumnya untuk mendapatkan kebenaran yang mutlak. Katakanlah seperti
perkembangan teori atom dari Jhon Dalton, J.J Thomson, Rutherford, Bohr, dan
atom modern yang semuanya itu saling menyempurnakan dari teori atom-atom
sebelumnya hingga kebenaran yang didapatkan adalah kebenaran yang teruji secara
ilmiah dan akurat.
Ilmu
pada jalur umum in bisa dikatakan ayat-ayat kauniyah, hamparan lautan,
gunung-gunung, bulan yang berputar di dalam porosnya dan berevolusi terhadap
bumi, bumi berotasi, dan berevolusi terhadap matahari itu semua merupakan
ayat-ayat Allah yang tersirat di alam semesta yang memberika isyarat kebesaran
Allah bagi orang-orang yang berpikir. Seseorang akan mendapatkan tambahan iman
yang besar ketika dapat mengambil hikmah dari semua proses kegiatan alam yang
terjadi setiap detiknya. Bumi tak berhenti berputar, matahari tak pernah bosan
memberikan ultraviolet ke bumi kita tercinta, pasti ada sesuatu yang Maha
Dahsyat di balik semua itu, yaitu Allah Sang Pencipta seluruh alam semesta dan
seisinya. Kalau di dalam ilmu Allah yang secara khusus digunakan sebagai
pedoman, maka pada ilmu Allah yang secara umum ini digunaka sebagai alat
(wasailul hayah) untuk mencapai tujuan dari pedoman hidup (minhajul hayah)
yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Hubungan
antara ayat ayat-ayat qouliyah dan kauniyah adalah sangat erat sekali,
keterkaitannya terletak pada ayat-ayat kauniyah yang menjadi isyarat kebenaran
pada ayat-ayat qouliyah, dapat dikatakan ayat-ayat kauniyah merupakan
pembuktian atas kebenaran yang ada didalam al-quran atau ayat-ayat qouliyah.
Adanya keterkaitan itu menunjukkan bahwasanya Allah Maha Besar atas segala
sesuatu. Seperti proses perkembangan manusia yang ada didalam kandungan yang
merupakan kebesaran Allah ternyata sudah di jelaskan didalam Al-quran “Dia menciptakan kamu dari seorang diri
kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu
delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam
perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah,
Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka
bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (az-zumar:6)
Yang
dimaksud tiga kegelapan pada ayat diatas adalah
kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam
selaput yang menutup anak dalam rahim. Sesuatu yang ilmiah dan ternyata ada
pada Al-quran yang memberikan kekuatan pada iman seseorang untuk menjadikannya
menjadi lebih beriman dan semakin taat dengan perintahnya dan menjauhi
sejauh-jauhnya atas apa yang di larang-Nya. Sehingga dengan adanya ilmu-ilmu
Allah tersebut akan menjadikan manusia menjadi insan kamil yang tegar dengan
hidup dan selalu ada kehati-hatian didalam bertindak didalam kehidupannya.
Memiliki
keterkaitan yang sangat erat sekali antara keduanya bagaikan tali temali.
Hingga kebesaran Allah lah yang kemudian bisa dirasakan di dalam kehidupan.
Manusia menjadikan ayat-ayat kauniyah sebagai sarana untuk mengapai keimanan
yang mendalam. Dengan adanya kekuatan pikiran yang dibarengei dengan kekuatan
hati maka ayat kauinyah bisa dibaca atau dirasakan. Ketika hati tidak
diaktifkan didalam pencapaiannya tidak akan mencapai hasil yang diharapkan
yaitu memahami kitab kehidupan atau ayat kauniyah.
Karena
untuk mencapai kitab kehidupan ini manusia tidak akan mampu dengan menggunakan
akal rasionalnya saja, pasti akan mengalami kebimbangan didalam pemahamannya
terhadap ilmu Allah yang satu ini. Katakanlah dengan adanya daun yang jatuh
dari pohon, kemudian apa yang kita bisa deskripsikan? Biasanya kita hanya bisa
mengatakan daun tersebut jatuh karena adanya gaya grafitasi bumi sehingga daun
itu ada di tanah. Itu saja yang bisa kita simpulkan atau tidak jauh dari itu,
lain halnya ketika kita bisa mengaktifkan hati maka kesimpulan yang bisa
didapatkan seseorang akan mengatakan bahwa “daun itu jatuh dari pohon dan Allah
pasti mengetahui itu, di dunia ini ada milyaran pohon dan ada triliyunan daun
yang jatuh tetapi Allah tahu tentang semua itu. Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu dan tidak ada satu daun pun yang terlewat dari pengawasan Allah.
Sungguh dahsyatnya ketika manusia bisa mengolaborasikan akal pikirannya dengan
hati yang dimilikinya.
Menjadikan
capaian kahidupan dengan orientasi akhirat, abu bakar mengatakan “carilah
kematian niscaya akan kau temukan kehidupan”. Perkataan yang sungguh
menggetarkan kita, ketika seseorang beraktifitas dengan orientasi akhirat maka
dia akan mendapatkan dunia secara tidak langsung. Katakanlah seorang petani
yang menanam padi maka rerumputan akan tumbuh dengan sendirinya disekeliling
padi itu, akan tetapi jika seseorang menanam rumput maka tidak akan mungkin tumbuh
padi disekelilingnya.
Orientasi
yang didapatkan setelah mendalami ilmu Allah maka akan bergetarlah seseorang
sehingga akan menambah keimanannya, kaerana akan mendapatkan banyak jawaban
atas kebersaran Allah. banyak para ilmuwan yang kemudian masuk islam setelah
mendalami ilmu Allah, contohnya seorang ilmuwan yang mendalami sayap lalat
kemudian bisa masuk islam karena kebesaran sayap lalat sehingga mengantarkannya
kejalan Allah. begitulah ilmu Allah semakin dalam kita memahaminya semakin
tunduk kita kepada Allah SWT. Wallau a’lam bisawwwab.
0 komentar:
Post a Comment